Total Tayangan Halaman

Jumat, 27 Januari 2012

Pro Kontra Viral Marketing Ernest Prakasa

Minggu lalu, tepatnya Jumat malam 13 Januari 2012, ketika saya sedang membaca timeline di Twitter, teman-teman saya pada ngetweet tentang salah satu COMIC (stand up comedian) yang sedang naik daun, yang bernama Ernest Prakasa (@ernestprakasa). Berikut tweetnya:




Beberapa kejanggalan pun muncul, agak tidak masuk akal ketika sedang diculik tetapi bisa ngetweet dengan sinyal wifi “putus-putus”, apalagi sempat-sempatnya upload video di Youtube.

Ternyata oh ternyata, itu semua hanyalah sebuah campaign produk otomotif (Mini Cooper) yang dijalankan agency yang menggunakan Ernest sebagai buzzernya.

Campaign ini ramai dibicarakan dalam seminggu belakangan. Ada pro dan kontra, tetapi sepertinya lebih banyak kontranya. Tetapi saya disini sebagai pihak yang pro. Data per tanggal 19 Januari 2012, video pertama (http://www.youtube.com/watch?v=gM48) telah dilihat oleh 10.411 viewers dan di DISLIKE sebanyak 135 dan hanya di LIKE oleh 13 orang. Menurut saya lebih baik dicaci maki dan dibicarakan banyak orang daripada yang view videonya hanya 10 atau 100 orang. It’s free publicity! =)

Banyak juga yang berpendapat kalau ini adalah campaign yang gagal, negative, dan hal-hal kurang baik lainnya. Menurut saya, ini belum dapat dikatakan campaign yang gagal, karena kita juga tidak tahu KPI (Key Performance Indicator) yang dipatok. Kalau misalkan KPI nya hanya video viewers sebanyak 10 ribu viewers, yah ini merupakan campaign yang sukses.

Menurut saya ini campaign yang cukup sukses dari segi Buzz. Orang-orang yang mengulas di blog tentang “kegagalan” campaign ini malah yang membuat campaign ini semakin dikenal. Bahkan masih hangat dibicarakan sampai sekarang. Coba bayangkan harus menghabiskan berapa banyak uang jika campaign ini menggunakan media seperti TV dan Radio. It’s low budget hi impact and this is the real BUZZ.

Masih ingat tentang Peti Mati Sumardy yang sempet heboh tahun lalu? Banyak pula orang yang mencaci maki. Tapi berkat campaign nya itu, 1000 buku Rest In Peace Advertising: The Word of Mouth Advertising ludes dalam 3 hari.(http://industri.kontan.co.id/news/berkat-peti-mati-1.000-buku-sumardy-ludes-dalam-tiga-hari-1). Teman-teman saya di kampus pada waktu itu pun langsung berbondong-bondong ke toko buku untuk membeli buku tersebut. Saya sendiripun tidak akan mengenal sosok seorang Sumardy kalau dia tidak menjalankan campaign Peti Matinya itu.

Pasti ada plus dan minus dari sebuah campaign, Viral Campaign yang dijalankan oleh Ernest patut diapresasi, meskipun eksekusinya belum sempurna sehingga reputasi Ernest menjadi jelek, tetapi tidak berdampak langsung kepada brand Mini Coopernya. At least, he got the buzz.

Jujur saya sudah cukup bosan dengan konsep marketing yang dijalankan di Indonesia, yang hanya itu-itu saja. Jadi saya sangat tertarik kalau ada campaign-campaign yang nyeleneh atau out of the box seperti Peti Mati Sumardy dan campaign @ernestprakasa.

Sumardi udah, Ernest pun udah, Who’s next? =)
(DM)

Tulisan ini juga dimuat di: http://the-marketeers.com/archives/pro-dan-kontra-viral-marketing-ernest-prakasa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar